Senin, 19 September 2011

LANGIT BIRU BERKLINDAN AWAN PUTIH

.-.
Kemanapun kau pergi ia ada untukmu
Mata awan yang penuh cinta putih mencerahkan biru langit harapan
Cucianku bakal kering
Petani tembakau bisa panen raya
Harga sawit bakal melonjak
Petani karet takkan kerepotan
Anak-anak bisa bermain dengan riang
Pedagang es bisa ceria, menghidupi anak isterinya
Para pelancong bermain air laut sambil sesekali membuat istana pasir
Menikmati hembusan angin pantai
Para turis mandi cahya matahari
Para pendaki menikmati aroma daun pegunungan
Merasakan keriangan sang waktu dalam pencerahan

Untukmu awan putih yang telah mewarnai birunya langit
Pujangga merajuk di penghujung untaian puisinya
Mampukah engkau memutihkan hati penguasa cinta?
Demi suatu pencerahan
Putihkanlah kehitamanku atas negasi keterpurukan segumpal hati
Saat di malam sunyi menghentak kalbu, aku sebut sebuah nama
Siap untuk dipertaruhkan dalam peleburan bijian hati masa depan.
._.

Bnk, 15/09/2011

Selasa, 06 September 2011

BILUR KERINDUAN

Berlalu dalam keterasingan
Ketika bilur-bilur itu mulai melebam di bahu dan punggung
Namun kaki masih, masih terus mau menapak demi pijakan keyakinan
Setapak demi setapak harapan yang terus dikejar
Sekalipun debu dan butiran pasir panas melepuhkan mata kaki
Sekalipun matahari membakar wajah
Terus meyakini setiap hembusan nafasmu yang rindu
Untuk segera kembali ke pelukanmu.

bagi pemeluk yang teguh, padamu aku berikan doa
Semoga dapatkan apa yang engkau yakini selama ini,
aamiin.

SEJATI HIDUP UNTUK MERDEKA

merdeka itu (mungkin sepenuhnya milik kita)
hidup ini milik siapa saja
seutuhnya menghayati
makna hidup dan keteraturan hukum alam

merdeka itu mengikuti tata tertib semesta
merdeka dengan pembebasan jiwa

dalam kesadaran jiwa raga

tetap berjuang!
merdeka untuk hidup
tetap berjuang!
sejatinya kehidupan

merdeka untuk hidup
hidup untuk merdeka

Bangka, 27 Juli 2011

ITU SUATU PILIHAN

Merdeka itu,
Saat engkau hening. Khusuk. Damai.

Merdeka itu,
Saat engkau terpelihara dari nafsu kotor duniawi.

Merdeka itu,
Saat engkau bebas mengekspresikan pikiran, cipta, dan rasa.

Merdeka itu,
Saat engkau bisa berlibur dari rutinitas.

Merdeka itu,
Saat engkau bisa menerima segala peraturan.

Merdeka itu,
Saat engkau mampu memahami hukum-hukum tuhan.

Merdeka itu,
Saat engkau mampu mengasihi apa yang kau benci.

Merdeka itu,
Saat engkau sanggup untuk mencintai dan dicintai.

Itulah Merdeka,
Saat engkau bisa memiliki sebuah pilihan.

Pangkal Pinang, 23 Agustus 2007

GAUNG MERDEKA

Slalu terdengar ucapan itu di setiap Agustusan
Slalu kita impikan kemerdekaan yang sesungguhnya
Meskipun sejak lahir tlah kita raih
Namun, kita pun kini belum penuh menikmati.

Ketika pekikan merdeka tahun empat lima
Begitu dahsyat, bergaung bagaikan pedang halilintar membelah negeri ini
(kita, Indonesia terbebas dari kolonialisme)
Bangsa Indonesia terlahir kembali

Sudah merdekakah nusantara kini?
Walaupun puluhan tahun negara ini telah menjalani kehidupan
Berbangsa dan bernegara
Indonesia belum sepenuhnya merdeka
dari kemiskinan dan kebodohan
dari korupsi dan kolusi
dari beri dan terima sogokan
dari politik asing dan kemandirian

yang sengaja dipelihara oleh mereka
yang sengaja dicipta untuk kepentingan siapa?

Bangka, 17 Agustus 2007