Selasa, 30 September 2014

aku!

aku yang teronggok
diantara waktu dan kenangan
berpacu ke masa depan
menikmati kebahagiaan

Rabu, 18 Juli 2012

ingin ku terus terikat dalam belenggu - cinta yang membara - mengobar-abir asmara - dadaku bergoncang - saat ingat kerlingan matamu - ada kehangatan yang sangat - pastikan aku - kamu - ada - untuk kita dalam keindahan yang hening

Sabtu, 14 Juli 2012

JARAK TEMPUH

jalan yang terbentang begitu luas dan panjang - saat langkah-langkah kita mulai menapak di setiap jengkal tanah - jarak itu kian menyempit dan pendek - kian merapat dengan tujuan itu.

Senin, 09 Januari 2012

REFRAIN JOGJA

jogja, tabuhan gamelanmu
mengalun sendu dalam remang pagi
ternyata masih mampu getarkan hati

terasa sang waktu cepat bergulir
keretaku berhenti di stasiun tugu

ingin lagi terulang seperti kala itu
merajut sejuta angan hingga kini terus kukejar

aku pun datang kembali ke pelukanmu
mengakrabkan hasrat impian itu
dekap hangatnya kotamu
dalam senyuman para penduduk yang bersahaja

terwujud sudah segalanya
dalam deru kotamu, berhati nyaman
peradabanmu sungguh penuh makna
hampir sempurna dalam mahkota wisata

Kamis, 05 Januari 2012

PANGANDARAN


saat remang cahya pagi jatuh di lengkungan pantai
pasir hitam bercak putih
bertaburan di sepanjang pantai pangandaran
ombak silih berganti berkejajaran dengan waktu

mereka yang masih berlibur panjang
berbaur dengan aroma keringat nelayan yang pulang melaut
mandi laut,berselancar
berjalan di sepanjang pantai
bahkan ada yang duduk memandang jauh
menikmati suasana pagi pantai

impul-impul kegembiraan
sumringah terpancar di wajah-wajah
wisatawan lokal dan manca
impuls itu memercik ke wajahku,
para pedagang, para penyewa papan selancar

pangandaran,
di pantaimu aku menyandarkan letih
hingga terbabat gelora ombakmu
menderu-derukan lagi mekarnya semangat
bangkit dan beraksi

pangandaran-bandung, 4 Januari 2012

MALAM TAHUN BARU

terompet
barbeque
kembang api
gairah dan indahnya

lupakanlah duka yang menghantui masa lalu
menyalakan keindahan
dalam tiap percikan waktu
dia yang usang berlalu
berganti dia yang terkini
menyongsong impian kini dan esok

puncak, bandung 1 januari 2012

Sabtu, 29 Oktober 2011

SEPISAU PUISI

Di pisaumu
Rinduku mengiau

Tentang Puisi, kan menjelma
Nyanyian Potong Bebek Angsa

Bangka, 28/9/2011

Minggu, 16 Oktober 2011

Surat Tengah Malam


Bangka, 16-10-2011
Surat Tengah Malam
Hal: Rumah itu
Assalamualaikum,
KEPADA KERABAT JUGA KEPONAKAN (YANG MENOPANG RUMAH ITU)
Salam rindu dan cinta kasih
Begitulah rindu telah memercik asa kita. Berkumpul demi satu tujuan. Berpisah pun demi tujuan masing-masing. Namun, keadaan yang memaksa perpisahan kita. Aku harus terbang meninggalkanmu. Apapun keadaanmu disana, aku hanya bisa mendengar dan berdoa. Membantu semampunya. Demi kebaikan kita bersama, hidup telah memuliakan kita.
Aku menjalani ritual hidupku yang telah terberi oleh nasib. Malam sebelumnya yang kita kecap begitu indah. Kini, tak sama lagi dengan malam-malam yang saat ini aku rasa. Begitulah perjalanan hidup. Empat lahir Dua hidup. Empat datang dua pergi. Siapakah yang masih bertahan? Siapakah yang terus tumbuh dan besar?
Aku tak bisa melepas ataupun menjagamu sepenuhnya. Banyak coretan yang tertinggal di dinding rumah itu. Ada peluh yang telah mengucur, darah yang bergejolak dan airmata yang menetes di wajah kita. Apa bisanya aku? Hanya bisa berharap pada kerabat dan keponakan untuk menopang rumah kita. Aku dan kami harus mengikhlaskan rumah itu untuk kalian jaga. Apabila sewaktu-waktu aku, dia dan mereka bisa berkunjung ke rumah itu untuk sekedar melepas penat dan kerinduan pada keramah-tamahan kalian sebagai tuan rumah. Aku, kamu dan mereka adalah tamu dan juga sekaligus tuan rumah. Semoga kamu masih tetap ada beserta rumah itu.
Rumah itu ada dan telah ada.(Mungkin akan terus ada). Memang harus tetap ada kalau aku, engkau ataupun mereka masih menginginkan dia ada. Seandainya ia telah roboh karena zaman yang melindasnya ataupun engkau telah membiarkannya dalam ketakberdayaan, biarkanlah dia menjadi puing-puing. Kami akan tetap mengenangnya diantara reruntuhan zaman yang pongah. Lalu, aku beserta dia, kamu dan juga mereka akan mencatatnya dalam sejarah panggung kemanusiaan. Namun, aku akan tetap berusaha mengumpulkan puing-puingnya dan memanfaatkan dari reruntuhan yang masih bisa diberdayakan. Untuk membangun monumen di dalam jiwa bahwa rumah itu masih berdiri kokoh di dadaku.
Dalam ketakberdayaan karena dihantui masa lalu yang gemilang, janganlah kalian merasa minder ataupun rendah diri karena itu akan melukai perasaan kami. Begitulah kami yang terdahulu merasa bersalah sebab tak mampu meregenerasi kalian dengan baik dan sungguh-sungguh. Jadi, manfaatkanlah apa yang bisa yang kalian perbuat dari rumah itu. Paling tidak kalian masih bisa berteduh dari hujan badai dan panas yang menyengat. Pikirkanlah saat ini dan esok lukisan apa yang akan kalian coretkan di dinding rumah itu. Jangan terlalu berharap pada mereka yang telah terkubur rindu di pusara tua ataupun pada mereka yang berdiri angkuh di menara gading itu. Yang telah mati tak mungkin berbicara nyata. Yang berdiri angkuh takkan mungkin mengajarimu secara sungguh-sungguh. Belajarlah dari alam kehidupan untuk terus mengolah daya tahan dan juang hidup. Sekalipun rumah itu roboh dan hancur, bangun kembali di dalam jiwamu. Sesuatu yang tumbuh di jiwa takkan mudah runtuh oleh hujan badai ataupun gempa tsunami.
Your faithfully,
Uncle Era